Oleh: Afiatur Rizkiyah
Resume ke-15
Gelombang: 24
Tanggal: 18 Februari 2022
Tema: Konsep Buku Nonfiksi
Narasumber: Musiin, M.Pd
Moderator: Dail Ma'ruf
Setelah mempelajari Kiat Menulis Cerita Fiksi pada pertemuan ke-11, kali ini peserta Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 23 dan 24, akan mendapat ilmu terkait tulisan Nonfiksi.
Narasumber kita kali ini adalah Ibu Musiin, M.Pd., seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri. Pengalaman mengajar dimulai dari menjadi dosen pada tahun 1994 di STKIP PGRI
Jombang, STIE Dewantara Jombang dan tutor bagi pekerja asing di PT Chiel Jedang
Jombang.
Malam ini Ibu Iin, panggilan akrab Ibu Musiin, ditemani oleh Bapak Dail Ma'ruf. Namun karena Bapak Dail sedang dalam perjalanan, Ibu Rosminiyati mengambil alih tugas sebagai moderator.
Ibu Musiin yang menjadi Pengajar Praktik Angkatan 4 dalam Program Guru Penggerak ini, akan berbagi ilmu mengenai Konsep Buku Nonfiksi.
Ibu Musiin adalah alumni kelas menulis seperti halnya saya saat ini. Di awal ikut kelas menulis, beliau juga belum memiliki blog, beliau berangkat dari nol. Beliau tidak pernah bermimpi untuk bisa menulis buku, namun ternyata kelas menulis Om Jay menjadi pembuktian bahwa TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN. Kata Prof Rhenaldi Kasali, kalau kita berpikir secara Opportunity Based, kita akan selalu yakin ada pintu di tengah tembok rintangan. Menulislah setiap hari, maka keajaiban akan datang.
Untuk mengenal profil Ibu Musiin, silakan dibaca dalam gambar berikut:
Ibu Musiin berbagi pengalaman tentang ketakutan yang beliau rasakan ketika menulis buku, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Takut tidak ada yang membaca.
- Takut salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.
- Merasa karya orang lain lebih bagus.
Ketakutan itu yang sering kali membuat beliau, merasa konyol dengan hanya duduk berjam-jam di depan laptop, namun tidak menulis apapun. Hal ini pula yang sering terjadi pada saya.
Menurut Ibu Musiin, sebelum menulis buku, kita harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis. Alasan yang dikemukakan Ibu Musiin adalah karena ingin:
- Mewariskan ilmu lewat buku.
- Mempunyai buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.
- Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.
Selanjutnya, Ibu Musiin mulai memaparkan hal-hal yang merupakan inti materi malam ini.
Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:
- Pola Hierarkis: Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit. Contoh: Buku Pelajaran
- Pola Prosedural: Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan
- Pola Klaster: Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara.
Proses penulisan buku terdiri dari 5 langkah, yakni:
- Pratulis
- Menulis Draf
- Merevisi Draf
- Menyunting Naskah
- Menerbitkan
PRATULIS
- Menentukan tema. Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll.
- Menemukan ide. Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya:
- Pengalaman pribadi
- Pengalaman orang lain
- Berita di media massa
- Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
- Imajinasi
- Mengamati lingkungan
- Perenungan
- Membaca buku
- Merencanakan jenis tulisan
- Mengumpulkan bahan tulisan
- Bertukar pikiran
- Menyusun daftar
- Meriset
- Membuat Mind Mapping
- Menyusun kerangka
Referensi penulisan buku bisa dari sumber berikut ini:
- Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
- Keterampilan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
- Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini ;
- Penemuan yang telah didapatkan.
- Pemikiran yang telah direnungkan
BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia
A. Pembagian Generasi Pengguna Internet
B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet
BAB 2 Media Sosial
A. Media Sosial
B. UU ITE
C. Kejahatan di Media Sosial
BAB 3 Literasi Digital
A. Pengertian
B. Elemen
C. Pengembangan
D. Kerangka Literasi Digital
E. Level Kompetensi Literasi Digital
F. Manfaat
G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi
H. Kewargaan Digital
BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara
A. Keluarga
B. Sekolah
C. Masyarakat
BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62
A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia
B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia
C. Membangun Digital Mindset Warganet +62
Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, Ibu Musiin mengikuti nasihat Pak Yulius Roma Patandean. Pak Yulius juga merupakan alumni gelombang 8 Langkah beliau sangat mujarab untuk menulis sebuah buku. Dengan mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis.
Anotomi Buku
1. Halaman Judul
2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
5. Halaman Prakata
6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
7. Bagian /Bab
8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
9. Halaman Glosarium
10. Halaman Daftar Pustaka
11. Halaman Indeks
12. Halaman Tentang Penulis
MENULIS DRAFT
- Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
- Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan
MEREVISI DRAFT
- Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
- Memeriksa gambaran besar dari naskah
MENYUNTING NASKAH (KBBI dan PUEBI)
- Ejaan
- Tata bahasa
- Diksi
- Data dan fakta
- Legalitas dan norma
Hambatan-hambatan dalam menulis:
- Hambatan waktu
- Hambatan kreativitas
- Hambatan teknis
- Hambatan tujuan
- Hambatan psikologis
Banyak cara mengatasi hambatan untuk menulis. Solusi itu ada pada diri kita sendiri. Hal yang bisa dilakukan antara lain:
- Banyak membaca
- Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber.
- Disiplin menulis setiap hari.
- Pergi ke pasar dan memasak. Ini menjadi mood booster untuk menulis lagi (jika kita memiliki hobi memasak)
Paparan materi Ibu Musiin dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta mengajukan pertanyaan dengan antusiasme yang tinggi. Walau tidak semua pertanyaan terjawab malam ini, karena waktu jualah yang memisahkan. Namun Ibu Musiin tetap akan menjawab dalam kesempatan lain secara japri.
Akhirnya Ibu Musiin menyudahi kelas dengan sebuah ungkapan indah.
Tiap kesempatan yang diambil adalah sebuah kesempatan untuk menang. Kesempatan yang kecil seringkali merupakan permulaan kepada usaha yang besar. Kesempatan menulis dengan Prof Eko tidak akan datang 2 kali. Tiap kesempatan yang diambil adalah sebuah kesempatan untuk menang. Kesempatan yang kecil seringkali merupakan permulaan kepada usaha yang besar.
Mari kita menjadi PEMENANG DAN MENGUKIR NAMA KITA SEBAGAI BAGIAN DARI SEJARAH PERADABAN MANUSIA.
Semoga!

.png)
.png)
Mantap 👍
BalasHapus